Volume perdagangan mata uang kripto di Turki sudah melonjak lagi di atas satu juta per hari. Ini gara-gara mata uang lira udah jatuh ke level terendahnya.
Kekhawatiran berkaitan kebijakan ekonomi Turki sudah sebabkan mata uang Negeri Bulan Bintang itu merosot hampir 40% semenjak September lalu dan mendorong penduduk untuk melacak area menyimpan tabungan mereka guna menghindari pengaruh inflasi yang melonjak.
Berdasarkan knowledge berasal dari Chainalysis dan Kaiko, ambang batas satu juta per hari di kripto dulu dilampaui terhadap awal tahun ini, ketika digantikannya ketua bank sentral Turki secara mendadak dan menyebabkan kemerosotan besar pertama di mata uang lira terhadap Maret lalu.
Namun, jumlah perdagangan sudah turun lagi di bawah 500.000, sebelum pertarungan volatilitas lira terbaru menghidupkan ulang minat investor.
Mengkonversi lira jadi dolar Amerika Perkumpulan (As) atau emas adalah hal yang biasa bagi penduduk Turki, namun mereka sadar bahwa lira sudah kehilangan 90% nilainya semenjak 2008 silam.
Knowledge di atas membuktikan bahwa Bitcoin dan koin digital stablecoin yakni Tether diakui sanggup jadi aset lindung nilai (Hedging) bagi para pelaku pasar di Turki dan jadi kripto terpopuler yang sanggup dikonversikan berasal dari lira semenjak 2019 lalu.
Di pas harga Bitcoin mencetak rekor terbarunya di kisaran level Us$ 69.000 terhadap November lalu, suatu narasi bahwa pasokannya yang terbatas bisa membuatnya tahan pada inflasi.
Tak sebatas di Turki saja, Bitcoin udah diakui oleh lebih dari satu besar investor sebagai aset penyimpan nilai berasal dari inflasi yang meninggi, terlepas berasal dari volatilitasnya yang memadai besar.
Tapi, peningkatan perdagangan kripto di Turki udah menarik perhatian berasal dari pihak berwenang. Wakil menteri keuangan Turki mengatakan terhadap September lalu bahwa aturan berkenaan kelas aset yang muncul akan diperkenalkan.
Bank sentral Turki sempat melarang kripto untuk model pembelian tradisional terhadap April lalu, bersama dengan alasan bukan ramah lingkungan dan adanya risiko transaksi yang "Bukan bisa diperbaiki".
CEO Barrick Gold, Mark Bristow terhadap Mei lalu menegaskan bahwa ia menampik gagasan bahwa cryptocurrency adalah aset lindung nilai yang lebih baik daripada emas tradisional. Bristow pun menampik karakterisasi kripto dan mengkritik bahwa kripto adalah aset spekulatif gara-gara pergerakannya terlampau bukan stabil dan bukan cocok diakui sebagai investasi yang kondusif.
"Di kripto Kamu dapat menciptakan, namun di emas, Kamu bukan sanggup sembarangan menciptakannya," kata Bristow didalam wawancara di Mad Money Cnbc, dikutip Jumat (21/5/2021).
Barrick Gold Corporation adalah corporate tambang emas dan tembaga bersama dengan 16 lokasi operasi di 13 negara. Corporate ini berkantor pusat di Toronto, Ontario, Kanada dan sahamnya tercatat di Bursa NYSE (New York Stock Exchange), As, alias Wall Street.
Selagi itu menurut Pengamat pasar modal Universitas Indonesia, Budi Frensidy, sejak kripto berhasil mengalami reli tajam, maka tak terhitung investor yang menyebutkan bahwa kripto mempunyai cii-ciri layaknya logam kuning agar kripto bersama nilai kapitalisasi pasar terbesar itu dijuluki sebagai emas versi digital.
Kendati demikian, kripto disebutnya belum dapat dikatakan jadi penyimpanan nilai atau lindung nilai. Ini berbeda bersama dengan emas yang punyai konvoi lebih stabil bersama dengan rekam jejak yang udah terbukti bertahun-tahun.
"Kecuali dipandang sebagai lindung nilai, kami enggak mempunyai knowledge yang menolong itu. Kalau memang emas sebagai lindung nilai dikarenakan bergerak, miliki korelasi negatif bersama dengan saham itu sahih. Terkecuali Kripto sepenuhnya tersedia di tangan spekulan yang mencukupi supply-demand di pasar. Belum dapat dikatakan layaknya emas Bitcoin ini," kata Budi di Program Investime CNBC Indonesia, Selasa malam
Ia menyebut bahwa masih terbilang sulit untuk menganggap kripto sebagai aset spekulatif paling baik untuk waktu ini. Pandangan kripto yang berpotensi memberi tambahan nilai lebih besar bagi investor dibandingkan bersama emas juga terbilang sulit dikatakan.
Berasal dari pernyataan pengamat di atas beranggapan bahwa kripto belum sanggup dijadikan aset heding untuk pas ini. Tapi, untuk lebih dari satu kripto pun berpotensi bisa jadi aset hedging ke depannya.
Aset kripto yang cenderung mendekati syarat aset yang mampu dijadikan lindung nilai sekedar Bitcoin, gara-gara pasokannya yang lebih terbatas. Lebih-lebih, Bitcoin lebih cocok dijadikan aset hedging dibandingkan bersama dengan aset kripto lainnya yang juga punyai keterbatasan pasokan.
Layaknya contoh Xrp, walaupun pasokannya juga terbatas, tapi nilai per kepingnya masih terbilang murah, yakni di kisaran Us$ 1 per keping atau kurang lebih Rp 14.200 per kepingnya. Hal inilah yang menjadikan XRP bukan cocok dijadikan aset hedging.